Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Resep
Mengatasi sentimen negatif isu beras dan membangun ketahanan pangan
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-05 19:44:57【Resep】265 orang sudah membaca
PerkenalanIlustrasi - Buruh mengangkut beras di salah agen beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. ANTAR

Jakarta (ANTARA) - Isu soal beras selalu menjadi topik sensitif yang mudah memicu reaksi publik. Tidak sekadar karena beras adalah makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia, tapi karena harga, ketersediaan, dan kualitasnya sangat erat kaitannya dengan rasa aman masyarakat.
Dalam beberapa pekan terakhir, sentimen negatif terhadap kebijakan mengenai beras kembali mencuat di ruang publik, mencerminkan keresahan kolektif atas dinamika yang terjadi.
Sentimen negatif ini mencakup berbagai bentuk, mulai dari kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah, kengakpuasan atas kualitas beras, hingga kekhawatiran terhadap nasib petani.
Di sisi lain, fenomena mengenai beras ini seharusnya ngak hanya dibaca sebagai keluhan, tapi sebagai sinyal sosial yang perlu dikelola secara bijak agar ngak berkembang menjadi kengakpercayaan yang lebih luas.
Salah satu sumber utama sentimen negatif mengenai beras ini datang dari persepsi publik terhadap kebijakan pemerintah. Kenaikan harga beras, misalnya, sering dianggap sebagai bukti kengakmampuan negara menjaga stabilitas pangan.
Kekurangan pasokan beras di pasar, yang terkadang terjadi akibat gangguan distribusi, juga menambah frustrasi masyarakat. Ketika kualitas beras yang beredar dianggap menurun, rasa kecewa itu makin menguat.
Kritik serupa muncul dalam aspek distribusi, masih ada daerah yang mengalami kesulitan memperoleh beras dengan harga terjangkau karena distribusi ngak merata atau mekanisme logistik yang ngak efisien.
Kekhawatiran lain muncul dari kondisi petani, yang sering dianggap ngak mendapatkan harga jual beras yang adil, meskipun konsumen di tingkat akhir membayar harga tinggi.
Sentimen negatif pun semakin diperkuat oleh spekulasi dan praktik penimbunan beras oleh oknum yang ingin meraup keuntungan, mencipngakan kelangkaan semu dan mendongkrak harga.
Selain faktor-faktor teknis tersebut, kondisi ekonomi makro turut memperkeruh situasi. Kengakpastian ekonomi global maupun domestik dapat mempengaruhi harga bahan pangan, termasuk beras.
Fluktuasi harga pupuk, energi, dan transportasi berdampak pada biaya produksi dan distribusi beras, yang pada akhirnya membebani konsumen. Perubahan regulasi pemerintah yang dinilai ngak berpihak pada sektor pertanian juga bisa menimbulkan resistensi.
Bahkan, faktor emosional, seperti kepanikan pasar dan reaksi berlebihan terhadap isu-isu pangan turut memainkan peran dalam membentuk sentimen negatif mengenai beras yang meluas.
Kepercayaan publik
Dinamika mengenai beras ini semakin kompleks, ketika keterbatasan informasi dan pengaruh media yang besar dalam menyebarkan informasi.
Ketika masyarakat ngak mendapatkan penjelasan yang transparan tentang stok, harga, atau kebijakan mengenai beras, spekulasi akan berkembang liar.
Di era media sosial, informasi mengenai beras yang ngak diverifikasi dapat menyebar lebih cepat daripada klarifikasi resmi, sehingga membentuk persepsi publik yang sulit dikendalikan. Lebih jauh lagi, isu perberasan sering kali dijadikan alat politik oleh kelompok tertentu.
12Tampilkan SemuaSuka(2)
Artikel Terkait
- Dana TKD dipangkas, Pemkot Solo tetap optimalkan pelayanan publik
- Pemkot Padang ingatkan SPPG disiplin jalankan prosedur MBG
- Gubernur Kalsel minta SPPG perhatikan kebersihan cegah keracunan MBG
- Sebanyak 44 SPPG di Kota Semarang ikuti bimtek sertifikasi halal
- Unilever janji tuntaskan buyback Rp2 T dan bagikan dividen 100 persen
- PBB sebut ratusan truk siap bawa bantuan besar
- Pemkab OKU Selatan luncurkan Program MBG di Rantau Panjang
- Konsumsi gluten bagi yang alergi berisiko picu kerusakan pencernaan
- Menggeser pusat gravitasi ekonomi Indonesia
- Mengatasi sentimen negatif isu beras dan membangun ketahanan pangan
Resep Populer
Rekomendasi

Menperin: Industri busana muslim RI tempati urutan pertama dunia

Menteri P2MI lepas 600 pekerja ke Jepang, Korsel, Hong Kong, Taiwan

Mau kurangi konsumsi nasi? Coba 7 sumber karbohidrat sehat ini

Perputaran ekonomi dari Makan Bergizi Gratis

Waspada cuaca panas, ini cara menjaga tubuh tetap sehat

Limbah MBG disulap jadi ekonomi hijau di Lumajang

Khofifah ajak peserta PKN II sukseskan program prioritas nasional

Konsumsi gluten bagi yang alergi berisiko picu kerusakan pencernaan